Akun Hiburan
Kamis, 23 Oktober 2014
Rabu, 30 April 2014
Guru Pelaku Asusila Kerap Suruh Siswinya Tonton Video Porno
http://regional.kompas.com/read/2014/04/30/1913432/Guru.Pelaku.Asusila.Kerap.Suruh.Siswinya.Tonton.Video.Porno
MALANG, KOMPAS.com -- Guru pelaku pelecehan seksual terhadap siswinya sendiri yang masih duduk di SMP Islam Sabilillah, Kota Malang, Jawa Timur, diketahui sering menyuruh korban untuk menonton video porno yang bisa diakses di internet.
Hal itu diakui RD, orangtua korban, saat ditemui wartawan di rumahnya di Kota Malang, Rabu (30/4/2014). Korban sendiri kini masih berumur 13 tahun dan duduk di kelas VII SMP Islam Sabilillah.
"Pelaku juga sering memberi pulsa kepada korban untuk melihat video porno di internet," kata RD, Rabu (30/4/2014).
Menurut RD, pelaku dan korban sering saling menghubungi via BlackBerry Messenger (BBM). "Isinya, layaknya seorang berpacaran. Sejak itu, kita mulai curiga hubungan pelaku dengan korban. Lalu saya datang ke sekolah, akan curhat ke kaseknya soal itu," kata RD.
Saat datang ke SMP Islam Sabilillah, RD dipertemukan dengan pelaku. Menurut dia, pelaku bercerita kedekatannya dengan korban karena ibu tiri korban sering bertindak jahat. Mendengar alasan itu, RD meminta guru tersebut tidak mencampuri urusan keluarga korban.
"Singkat cerita, pada 26 April, saya dihubungi mantan istri saya bahwa korban sering berjalan dengan pelaku. Keesokan harinya, saya langsung mengadukan ke pihak berwajib," katanya.
Sebelum pelaku ditangkap polisi, RD dikabari guru kursus korban bahwa putrinya akan dijemput pelaku. "Guru kursusnya memberitahu jika korban akan dijemput oleh pelaku di tempat kursus. Pelaku memang menjemput korban menggunakan mobil," katanya.
Selanjutnya, sang guru kursus tersebut melapor ke RD bahwa pelaku dan korban berada di suatu tempat. "Saat ini, langsung saya amankan pelaku. Saya bawa ke rumah saya dan langsung saya bawa ke Mapolresta Malang," kata RD.
Saat di Mapolresta Malang, kata RD, pelaku langsung mengakui semua perbuatannya terhadap korban. Pelaku mengaku sudah pernah berhubungan intim dengan korban. "Pelaku mengakui semuanya dan siap menikahi dia (korban)," jelas RD.
Korban bersedia disetubuhi pelaku karena diancam bahwa nilai siswi tersebut di sekolah akan anjlok. "Dari kasus ini, saya meminta agar pelaku dikeluarkan dari sekolah. Kedua, pada pemerintah, mempedulikan kasus ini. (Pelaku) agar tidak hanya dihukum minimal, tetapi maksimal sesuai dengan UU yang ada," harapnya.
Selanjutnya RD juga meminta pihak sekolah bersedia merehabilitasi kejiwaan korban karena mengalami trauma berat.
"Pihak keluarga mau mengupayakan pengobatan psikologi anak kami. Minta rehabilitasi dari pihak sekolah demi masa depan dia," harap RD.
News / Regional
Guru Pelaku Asusila Kerap Suruh Siswinya Tonton Video Porno
Rabu, 30 April 2014 | 19:13 WIB
ShutterstockIlustrasi korban perkosaan.
MALANG, KOMPAS.com -- Guru pelaku pelecehan seksual terhadap siswinya sendiri yang masih duduk di SMP Islam Sabilillah, Kota Malang, Jawa Timur, diketahui sering menyuruh korban untuk menonton video porno yang bisa diakses di internet.
Hal itu diakui RD, orangtua korban, saat ditemui wartawan di rumahnya di Kota Malang, Rabu (30/4/2014). Korban sendiri kini masih berumur 13 tahun dan duduk di kelas VII SMP Islam Sabilillah.
"Pelaku juga sering memberi pulsa kepada korban untuk melihat video porno di internet," kata RD, Rabu (30/4/2014).
Menurut RD, pelaku dan korban sering saling menghubungi via BlackBerry Messenger (BBM). "Isinya, layaknya seorang berpacaran. Sejak itu, kita mulai curiga hubungan pelaku dengan korban. Lalu saya datang ke sekolah, akan curhat ke kaseknya soal itu," kata RD.
Saat datang ke SMP Islam Sabilillah, RD dipertemukan dengan pelaku. Menurut dia, pelaku bercerita kedekatannya dengan korban karena ibu tiri korban sering bertindak jahat. Mendengar alasan itu, RD meminta guru tersebut tidak mencampuri urusan keluarga korban.
"Singkat cerita, pada 26 April, saya dihubungi mantan istri saya bahwa korban sering berjalan dengan pelaku. Keesokan harinya, saya langsung mengadukan ke pihak berwajib," katanya.
Sebelum pelaku ditangkap polisi, RD dikabari guru kursus korban bahwa putrinya akan dijemput pelaku. "Guru kursusnya memberitahu jika korban akan dijemput oleh pelaku di tempat kursus. Pelaku memang menjemput korban menggunakan mobil," katanya.
Selanjutnya, sang guru kursus tersebut melapor ke RD bahwa pelaku dan korban berada di suatu tempat. "Saat ini, langsung saya amankan pelaku. Saya bawa ke rumah saya dan langsung saya bawa ke Mapolresta Malang," kata RD.
Saat di Mapolresta Malang, kata RD, pelaku langsung mengakui semua perbuatannya terhadap korban. Pelaku mengaku sudah pernah berhubungan intim dengan korban. "Pelaku mengakui semuanya dan siap menikahi dia (korban)," jelas RD.
Korban bersedia disetubuhi pelaku karena diancam bahwa nilai siswi tersebut di sekolah akan anjlok. "Dari kasus ini, saya meminta agar pelaku dikeluarkan dari sekolah. Kedua, pada pemerintah, mempedulikan kasus ini. (Pelaku) agar tidak hanya dihukum minimal, tetapi maksimal sesuai dengan UU yang ada," harapnya.
Selanjutnya RD juga meminta pihak sekolah bersedia merehabilitasi kejiwaan korban karena mengalami trauma berat.
"Pihak keluarga mau mengupayakan pengobatan psikologi anak kami. Minta rehabilitasi dari pihak sekolah demi masa depan dia," harap RD.
Cintai Gadis Beda Kasta, Remaja India Tewas Digantung
http://internasional.kompas.com/read/2014/04/30/2159056/Cintai.Gadis.Beda.Kasta.Remaja.India.Tewas.Digantung
Polisi sejauh ini sudah menahan dua orang, termasuk kakak laki-laki si gadis, serta seorang remaja yang diduga terlibat dalam pembunuhan remaja berusia 17 tahun itu di desa Kharda, negara bagian Maharashtra, pada Senin (27/4/2014).
Polisi kini tengah mengejar tujuh pria lainnya yang terkait dalam kasus pembunuhan brutal tersebut.
"Kakak gadis itu bersama beberapa kawannya memergoki korban dan gadis itu tengah duduk berdua di sebuah lapangan. Kemarahan mereka memuncak," kata Dheeraj Patil, seorang penyidik senior kepolisian.
"Mereka lalu memukuli dan menjerat leher bocah itu dengan tali. Kemudian mereka menggantung bocah itu di pohon hingga tewas," tambah Dheeraj.
Sistem pembagian kelas warga berdasarkan kasta masih berlaku di banyak wilayah India dan acap kali mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari. Penggunaan kasta yang masih sangat kental banyak ditemui di kawasan pedesaat terpencil India.
Perbedaan kasta dapat mempengaruhi pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan kepemilikan tanah meski pada kenyataannya kini diskriminasi berlandaskan fakta dianggap melanggar hukum.
Selama berabad-abad, telah terjadi banyak pembunuhan pasangan muda yang tidak disetujui keluarga, klan atau komunitas karena perbedaan kasta.
Pembunuhan berdasarkan perbedaan kasta ini dianggap sebagai sebuah "pembunuhan demi kehormatan", dilakukan untuk melindungi harga diri keluarga.
"Namun pemerintah melihat kasus ini bukan 'pembunuhan kehormatan' karena disebabkan provokasi mendadak bukan pembunuhan yang direncanakan," ujar Dheeraj.
Cintai Gadis Beda Kasta, Remaja India Tewas Digantung
Rabu, 30 April 2014 | 21:59 WIB
ShutterstockIlustrasi
MUMBAI, KOMPAS.com - Sekelompok orang mencekik dan menggantung seorang remaja India setelah ketahuan menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis yang berasal dari kasta yang lebih tinggi. Demikian penjelasan polisi, Rabu (30/4/2014).
Polisi sejauh ini sudah menahan dua orang, termasuk kakak laki-laki si gadis, serta seorang remaja yang diduga terlibat dalam pembunuhan remaja berusia 17 tahun itu di desa Kharda, negara bagian Maharashtra, pada Senin (27/4/2014).
Polisi kini tengah mengejar tujuh pria lainnya yang terkait dalam kasus pembunuhan brutal tersebut.
"Kakak gadis itu bersama beberapa kawannya memergoki korban dan gadis itu tengah duduk berdua di sebuah lapangan. Kemarahan mereka memuncak," kata Dheeraj Patil, seorang penyidik senior kepolisian.
"Mereka lalu memukuli dan menjerat leher bocah itu dengan tali. Kemudian mereka menggantung bocah itu di pohon hingga tewas," tambah Dheeraj.
Sistem pembagian kelas warga berdasarkan kasta masih berlaku di banyak wilayah India dan acap kali mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari. Penggunaan kasta yang masih sangat kental banyak ditemui di kawasan pedesaat terpencil India.
Perbedaan kasta dapat mempengaruhi pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan kepemilikan tanah meski pada kenyataannya kini diskriminasi berlandaskan fakta dianggap melanggar hukum.
Selama berabad-abad, telah terjadi banyak pembunuhan pasangan muda yang tidak disetujui keluarga, klan atau komunitas karena perbedaan kasta.
Pembunuhan berdasarkan perbedaan kasta ini dianggap sebagai sebuah "pembunuhan demi kehormatan", dilakukan untuk melindungi harga diri keluarga.
"Namun pemerintah melihat kasus ini bukan 'pembunuhan kehormatan' karena disebabkan provokasi mendadak bukan pembunuhan yang direncanakan," ujar Dheeraj.
Habis Sikat Gigi, Kumur Cukup Sekali
http://health.kompas.com/read/2014/04/30/1458223/Habis.Sikat.Gigi.Kumur.Cukup.Sekali
KOMPAS.com -- Berkumur setelah menyikat gigi mungkin terkesan sepele, tetapi aksi ini ternyata berperan cukup penting dalam menjaga gigi tetap sehat. Dokter gigi menyarankan agar setelah menyikat gigi, berkumur cukup dilakukan sekali saja.
Habis Sikat Gigi, Kumur Cukup Sekali
Penulis : Unoviana Kartika | Rabu, 30 April 2014 | 14:58 WIB
Shutterstock
IlustrasiKOMPAS.com -- Berkumur setelah menyikat gigi mungkin terkesan sepele, tetapi aksi ini ternyata berperan cukup penting dalam menjaga gigi tetap sehat. Dokter gigi menyarankan agar setelah menyikat gigi, berkumur cukup dilakukan sekali saja.
Jehezkiel Martua, GlaxoSmithKline Oral Health Expert Marketing, mengatakan, berkumur memengaruhi proses remineralisasi atau penambahan mineral pada gigi yang didapat dari pasta gigi. Semakin banyak berkumur, semakin banyak jumlah mineral dari pasta gigi yang hilang.
"Inilah kenapa berkumur sebaiknya dilakukan sekali saja untuk mencegah hilangnya mineral dari pasta gigi yang seharusnya digunakan untuk remineralisasi gigi," paparnya kepada media, akhir pekan lalu di Jakarta.
Tambahan mineral pada pasta gigi umumnya dalam bentuk fluoride. Tujuannya adalah untuk mengembalikan mineral di gigi yang hilang akibat asam yang berasal dari plak bakteri dan gula.
"Dengan kata lain, sikat gigi merupakan kegiatan yang penting dalam terjadinya proses ini. Pasalnya, gigi akan menyerap fluoride dari pasta gigi. Namun, dengan berkumur banyak-banyak, mineral ini akan banyak terbuang," ujar Eki, sapaan akrabnya.
Menurut dia, pasta gigi yang mengandung fluoride juga penting dalam menghilangkan plak yang mengandung bakteri di gigi, serta mencegah gangguan gigi sensitif yang diakibatkan oleh penipisan enamel (lapisan terluar) gigi.
Meskipun banyak manfaat yang didapat dari fluoride, tetapi penggunaannya secara berlebihan juga memiliki risiko. Dalam kolom konsultasi gigi Kompas Health, dokter gigi Citra Kusumasari menulis, penggunaan fluoride yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis pada email gigi, bahkan membahayakan organ dalam tubuh lainnya.
"Pasta gigi yang aman untuk anak-anak mengandung fluoride sebanyak 250-500 ppm, dengan catatan jangan sampai tertelan oleh anak. Adapun, untuk dewasa, kandungan fluoride maksimum adalah 1.000 ppm," tulisnya.
Pria India Ini 158 Kali Gagal Menjadi Anggota Parlemen
http://internasional.kompas.com/read/2014/04/30/2057303/Pria.India.Ini.158.Kali.Gagal.Menjadi.Anggota.Parlemen
Pria India Ini 158 Kali Gagal Menjadi Anggota Parlemen
Rabu, 30 April 2014 | 20:57 WIB
The HinduK Padmajaran (kanan) sudah 158 kali ikut dalam pemilu legislatif India sejak 1988 dan uniknya pria pemilik bengkel sepeda ini selalu kalah.
NEW DELHI, KOMPAS.com - Usai pemilu legislatif Indonesia pada 9 April lalu, berbagai media Indonesia diramaikan kabar para calon anggota DPR yang depresi karena gagal mendulang suara yang mencukupi.
Tapi dibandingkan K Padmarajan dari India ini, mungkin para caleg Indonesia tak perlu depresi saat kalah dalam pemilu. Sebab, Padmarajan sudah mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di India sebanyak 158 kali dan selalu kalah.
Semuanya berawal pada 1988, ketika Padmarajan yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang tambah ban sepeda, untuk kali pertama mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
"Saat itu, saya memiliki bengkel sepeda dan tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya, jika orang biasa dengan pendapatan biasa dan tidak memiliki status khusus di masyarakat bisa bersaing dalam pemilu," kata Padmarajan.
Padmarajan menjalankan niatnya mencalonkan diri dalam pemilu, dan dia kalah. Namun dia tidak putus asa, selama 26 tahun Padmarajan terus mencoba meraih kursi di parlemen lokal. Bahkan tak jarang dia harus bersaing dengan para politisi kawakan India.
Selama usahanya itu, Padmarajan sudah menghabiskan uang 21.639 dolar. Namun, upayanya ini membuat Padmarajan masuk dalam buku rekor Limca, semacam Guiness Book of Record versi India.
Lalu, mengapa Padmarajan tidak terhinggapi depresi saat gagal dalam upayanya menjadi wakil rakyat?
"Saya ikut dalam pemilu bukan mencari kemenangan dan apapun hasilnya tidak terlalu saya pikirkan," kata Padmarajan sambil tertawa.
Prestasi terbaiknya adalah pada 2011 saat dia mencalonkan diri untuk parlemen lokal di daerah pemilihannya di Mettur, negara bagian Tamil Nadu. Saat itu, Padmarajan mendapatkan 6.237 suara.
"Saya hanya orang biasa yang ingin mendorong orang lain berpartisipasi dalam pemilu dan memberikan suara mereka. Ini adalah cara saya untuk meningkatkan kepedulian mereka," ujar Padmarajan.
Pada Rabu (30/4/2014), Padmarajan bertarung di daerah pemilihan Vadodara, negara bagian Gujarat, bersaing dengan salah seorang politisi ternama India, Narendra Modi.
Hasil pemilu yang akan diumumkan pada 16 Mei mendatang diharapkan akan membuahkan kemenangan untuk Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Narendra Modi, setelah 10 tahun menjadi oposisi.
"Saya selalu bertarung melawan para bintang berita. Saat ini, salah satu orang penting yang selalu menjadi berita adalah Narendra Modi," ujar Padmajaran.
Tapi dibandingkan K Padmarajan dari India ini, mungkin para caleg Indonesia tak perlu depresi saat kalah dalam pemilu. Sebab, Padmarajan sudah mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di India sebanyak 158 kali dan selalu kalah.
Semuanya berawal pada 1988, ketika Padmarajan yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang tambah ban sepeda, untuk kali pertama mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
"Saat itu, saya memiliki bengkel sepeda dan tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya, jika orang biasa dengan pendapatan biasa dan tidak memiliki status khusus di masyarakat bisa bersaing dalam pemilu," kata Padmarajan.
Padmarajan menjalankan niatnya mencalonkan diri dalam pemilu, dan dia kalah. Namun dia tidak putus asa, selama 26 tahun Padmarajan terus mencoba meraih kursi di parlemen lokal. Bahkan tak jarang dia harus bersaing dengan para politisi kawakan India.
Selama usahanya itu, Padmarajan sudah menghabiskan uang 21.639 dolar. Namun, upayanya ini membuat Padmarajan masuk dalam buku rekor Limca, semacam Guiness Book of Record versi India.
Lalu, mengapa Padmarajan tidak terhinggapi depresi saat gagal dalam upayanya menjadi wakil rakyat?
"Saya ikut dalam pemilu bukan mencari kemenangan dan apapun hasilnya tidak terlalu saya pikirkan," kata Padmarajan sambil tertawa.
Prestasi terbaiknya adalah pada 2011 saat dia mencalonkan diri untuk parlemen lokal di daerah pemilihannya di Mettur, negara bagian Tamil Nadu. Saat itu, Padmarajan mendapatkan 6.237 suara.
"Saya hanya orang biasa yang ingin mendorong orang lain berpartisipasi dalam pemilu dan memberikan suara mereka. Ini adalah cara saya untuk meningkatkan kepedulian mereka," ujar Padmarajan.
Pada Rabu (30/4/2014), Padmarajan bertarung di daerah pemilihan Vadodara, negara bagian Gujarat, bersaing dengan salah seorang politisi ternama India, Narendra Modi.
Hasil pemilu yang akan diumumkan pada 16 Mei mendatang diharapkan akan membuahkan kemenangan untuk Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Narendra Modi, setelah 10 tahun menjadi oposisi.
"Saya selalu bertarung melawan para bintang berita. Saat ini, salah satu orang penting yang selalu menjadi berita adalah Narendra Modi," ujar Padmajaran.
Pesan Bung Karno dan Ironi Kematian Taruna STIP
Pesan Bung Karno dan Ironi Kematian Taruna STIP
Rabu, 30 April 2014 | 21:52 WIB
KOMPAS.COM/YOHANES DEBRITHO NEONNUBPihak Polres Jakarta Utara mengamankan satu baju seragam, gayung warna merah dan minyak angin fresh care sebagai barang bukti penganiayaan Dimas Dikita Handoko, mahasiswa STIP yang tewas, Sabtu (26/4/2014).
JAKARTA, KOMPAS.com - Kematian dua taruna tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta, yakni Agung Bastian Gultom pada 2008 dan Dimas Dikita Handoko pada 25 April 2014, barangkali tak sesuai harapan Presiden Soekarno. Saat meresmikan sekolah itu pada 27 Februari 1957, Bung Karno berharap Akademi Ilmu Pelayaran (nama STIP ketika itu) menjadi tempat penyelenggaraan ”nation building” dan memenuhi dharma baktinya.
Pesan Bung Karno itu tertulis jelas di plakat berbahan marmer di depan gedung utama Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Setiap pengunjung bisa dengan mudah melihatnya.
Di sudut belakang kompleks sekolah di Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, tepat di sisi selatan asrama taruna, berdiri tugu untuk mengenang kematian Gultom, panggilan Agung Bastian Gultom. Di bangunan itu tertulis pesan, ”Hindari tindak kekerasan agar tidak terulang lagi peristiwa 12 Mei 2008 yang mengakibatkan Taruna Agung Bastian Gultom Meninggal Dunia”.
Namun, pesan Bung Karno dan tugu itu sepertinya diabaikan sejumlah taruna. ”Pembinaan” taruna senior kepada taruna yunior kembali menelan korban.
Empat hari sebelum penganiayaan terjadi, sejumlah teman Dimas, termasuk Marvin Jonathan, dipanggil sejumlah taruna tingkat dua di ruang makan. Marvin mengaku diminta datang ke rumah kontrakan beberapa taruna tingkat dua di Semper Barat, Kecamatan Cilincing, bersama 13 teman satu angkatannya.
Menurut keterangan korban luka dan sejumlah saksi, para senior tersinggung oleh sikap taruna tingkat satu yang dinilai tidak menghormati senior. Pada Jumat malam, sejumlah senior marah karena hanya separuh dari 14 taruna tingkat satu yang datang ke rumah kontrakan.
Marvin, Dimas, dan sejumlah temannya pun dipukul. Dalam bahasa para taruna itu, pukulan itu dalam rangka ”pembinaan”. Metode ”pembinaan” serupa diduga lazim dilakukan taruna tingkat lebih tinggi kepada taruna di tingkat lebih rendah.
”Ada pendarahan di otak belakang Dimas akibat benturan. Dia dipukul hingga jatuh beberapa kali,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Daddy Hartadi.
Tujuh taruna tingkat satu menjadi korban. Enam di antaranya luka memar. Saat Dimas terjatuh, mereka lalu membawanya ke rumah sakit. Sejumlah senior menyebut Dimas luka karena terjatuh. Namun, dokter curiga karena ada lebam yang diduga akibat pukulan. Naas, nyawa Dimas tak tertolong.
Peristiwa itu mengagetkan orangtua siswa. Senin siang, mereka mendatangi STIP untuk menuntut penjelasan sekaligus jaminan dari pihak sekolah. Mereka tidak ingin kasus serupa terulang.
Kepala Pusat Pembinaan Mental Moral dan Kesamaptaan STIP Jakarta Budi Purnomo mengatakan, sejak kasus tahun 2008, sebetulnya pengawasan diperketat, termasuk menyiagakan taruna dan memasang kamera pengintai. ”Kasus kali ini terjadi di luar kampus di luar jam belajar. Namun, peristiwa ini menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan,” kata Budi.
Menurut Budi, tidak ada toleransi bagi kekerasan di kampus. ”Pembinaan di luar (kampus) itu ilegal,” ujarnya. (Mukhamad Kurniawan)
Langganan:
Postingan (Atom)