Rabu, 30 April 2014

Harapan pada Penghuni Baru DPR

http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/harapan-pada-penghuni-baru-dpr/54257



Harapan pada Penghuni Baru DPR
Rabu, 30 April 2014 | 9:23
Rekapitulasi penghitungan suara secara nasional pemilu legislatif (pileg) 2014 belum usai. Meski demikian, dari rekapitulasi penghitungan di daerah, sudah dapat diketahui siapa yang lolos menjadi anggota legislatif, dan mana yang gagal. Sejumlah anggota DPR periode 2009-2014 gagal mempertahankan kursinya di Senayan, dan diganti wajah baru. 

Sejauh ini memang belum dapat dipastikan berapa banyak wajah lama yang akan duduk sebagai anggota DPR periode 2014-2019, dan berapa banyak wajah baru. Namun, dapat dipastikan regenerasi keanggotaan di parlemen tak mungkin dielakkan. Hadirnya figur-figur baru di parlemen tidak bisa dimungkiri merupakan buah dari rezim pemilihan langsung. Rakyat langsung memilih siapa wakil rakyat yang dikehendakinya. 

Namun, harus disadari pula, terpilihnya wajah baru menggantikan anggota lama bukan jaminan adanya perbaikan kualitas anggota parlemen ke depan. Di dalam rezim pemilihan langsung, pertarungan bebas terjadi tak hanya antarparpol, tetapi antarcaleg dalam satu parpol. 

Mereka berebut suara dengan sesama caleg dari partai yang sama. Tak jarang upaya merebut suara sebanyak-banyaknya dilakukan dengan menghalalkan segala cara, mulai dari kampanye hitam (black campaign), politik uang (money politics), hingga memanipulasi penghitungan suara. 

Modus yang terakhir, justru marak terjadi dalam satu partai. Laporan yang masuk ke Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di daerah, maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di pusat, menunjukkan banyaknya kasus “pencurian” suara yang dilakukan antarcaleg dalam satu parpol. Inilah salah satu yang mengakibatkan tidak sedikit wajah lama yang tersingkir. 

Akan tetapi, kita juga tidak bisa mengabaikan faktor meningkatnya kecerdasan masyarakat dalam memilih calon wakil rakyat. Belajar dari pengalaman banyaknya anggota Dewan periode saat ini yang terjerat kasus korupsi, rakyat kini berhati-hati dalam memilih para wakilnya. Rakyat yang sudah dewasa dan cerdas dalam menggunakan hak pilihnya, tidak mudah tergiur oleh iming-iming materi dari caleg yang diketahuinya tidak amanah. Akibatnya, mereka lebih memilih wajah baru yang dianggap mampu memberi harapan. 

Anggota yang terlibat kasus dugaan korupsi dan kasus hukum lainnya, tidak lagi dipilih. Tentu saja kita berharap, hadirnya wajah baru di Senayan kelak bukan karena mereka terpilih dengan cara-cara yang melanggar norma hukum dan etika, tetapi memang karena mereka berkualitas dan rakyat dengan penuh kesadaran menyematkan harapan perbaikan ke pundak mereka. Sebab, dalam kehidupan demokrasi modern, masyarakat menempatkan politik sebagai proses aktualisasi diri dan kepentingan mereka. 

Dalam konteks inilah, hadirnya wakil rakyat yang amanah, yang memadukan kualitas dan integritas dalam semangat pengabdian, menjadi prasyarat mutlak. Hulu dari semua itu adalah peran parpol dalam merekrut dan membekali kadernya yang duduk di parlemen, sehingga mampu menjalankan kewajiban konstitusionalnya secara bertanggung jawab. 

Selain itu, parpol juga harus mengubah orientasinya, dengan tidak lagi menjadikan kekuasaan sebagai panglima. Parpol jangan lagi hanya berburu suara sebanyak-banyaknya, untuk meraih kekuasaan politik. Sebab, jika ini masih menjadi pijakan berpikir, selamanya parpol dan para elitenya, termasuk caleg, akan menghalalkan segala cara. 

Parpol dan juga para wakil rakyat, harus mengubah paradigma dengan menjadikan pengabdian di parlemen sebagai investasi politik. Dengan demikian, publik akan melihat dan menilai, mana parpol dan anggota Dewan yang memenuhi harapan dan mampu mewujudkan aspirasi rakyat, dan mana yang tidak. 

Apabila hal ini mampu diwujudkan, ke depan demokrasi kita akan diwarnai kompetisi yang sehat, yang mengedepankan rekam jejak tiap-tiap caleg. Berangkat dari kenyataan tersebut, sudah saatnya parpol dibenahi. Sebagai pilar demokrasi, eksistensi parpol tak bisa diabaikan, justru harus diperkuat. Banyaknya politisi yang tersangkut kasus korupsi, jangan sampai melahirkan pesimisme yang mengarah pada keputusasaan. 

Kita mengetuk nurani para pengelola parpol untuk secara serius dan sistematis, mengupayakan pembenahan parpol. Hal yang paling krusial dalam membenahi sistem perekrutan dan pembinaan kadernya. Parpol idealnya mampu menciptakan kompetisi yang sehat dan konstruktif di kalangan internal, sehingga benar-benar mampu merekrut dan menyeleksi tak hanya calon wakil rakyat, tetapi juga calon pemimpin nasional yang berkualitas, berkapasitas, dan berintegritas. 

Kunci dari pembenahan parpol adalah kembali ke basis ideologi sebagai alat perjuangan rakyat. Hal itu harus ditopang dengan memperbaiki sistem perekrutan dan kaderisasi. Sebab, wajah parpol sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya. Kita percaya, dari sekian banyak politisi busuk di negeri ini, masih lebih banyak politisi yang memiliki idealisme tinggi, memiliki nalar yang lurus, dan memiliki mental baja untuk mengabdikan dirinya demi terwujudnya politik dan demokrasi yang sehat, bermartabat, dan substansif. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar